Hari-hari kulalui lebih bersemangat dan penuh harap. Tugas-tugas rutin dilakukan dengan lebih baik, satu prestasi yang patut dibanggakan dalam jenjang karir diusiaku. Beberapa penawaran kerja dengan jenjang yang lebih bagus datang silih berganti, hingga satu titik aku harus memilih di antara mereka. Mungkin ini saatnya aku harus lebih tegas untuk memutuskan apa yang terbaik untukku. Menjauh dari satu bayang-bayang, yang kadang bukan satu keberuntungan. Dan aku harus lebih kuat untuk mempertahankn keputusanku agar bisa lebih mandiri.
Angga tidak berhasil mempertahankanku untuk tetap tinggal di
perusahaan keluarganya, meskipun demikian aku telah berjanji, sepanjang aku
bisa, aku akan membantu perusahaannya. Kekecewaan terpancar dalam setiap
kalimat Angga dan pertanyaan-pertanyaan yang hampir tak bisa kujawab terlontar
dari Angga. Mungin Angga benar, bahwa keputusanku adalah salah satu cara agar
aku tidak selalu berada di antara mereka, namun tak mungkin aku ungkapkan
kepada Angga, bagaimana aku sanggup menatap mata Pak Bambang jika sedang
membicarakan keluarganya. Aku ingin menjaga semua, meskipun aku sendiri
merasakan sakit yang hanya aku yang mengerti.