Saturday 27 December 2014

Bagian Kelima : "Diantara Kalian"



Hari-hari kulalui lebih bersemangat dan penuh harap. Tugas-tugas rutin dilakukan dengan lebih baik, satu prestasi yang patut dibanggakan dalam jenjang karir diusiaku. Beberapa penawaran kerja dengan jenjang yang lebih bagus datang silih berganti, hingga satu titik aku harus memilih di antara mereka. Mungkin ini saatnya aku harus lebih tegas untuk memutuskan apa yang terbaik untukku. Menjauh dari satu bayang-bayang, yang kadang bukan satu keberuntungan. Dan aku harus lebih kuat untuk mempertahankn  keputusanku  agar bisa lebih mandiri.
Angga tidak berhasil mempertahankanku untuk tetap tinggal di perusahaan keluarganya, meskipun demikian aku telah berjanji, sepanjang aku bisa, aku akan membantu perusahaannya. Kekecewaan terpancar dalam setiap kalimat Angga dan pertanyaan-pertanyaan yang hampir tak bisa kujawab terlontar dari Angga. Mungin Angga benar, bahwa keputusanku adalah salah satu cara agar aku tidak selalu berada di antara mereka, namun tak mungkin aku ungkapkan kepada Angga, bagaimana aku sanggup menatap mata Pak Bambang jika sedang membicarakan keluarganya. Aku ingin menjaga semua, meskipun aku sendiri merasakan sakit yang hanya aku yang mengerti.

Monday 22 December 2014

Bagian Keempat : "Diantara Kalian"


Meja 23 dengan karpet warna merah terasa lebih menyala sore ini. Riuh suara peserta dan penonton seakan menyemangatiku mengikuti turnamen. Ini mejaku, kataku dalam hati.
“Tiara, latihan dulu ?” Bang Tino mendatangi dengan wajah yang cerah.
“Boleh Bang buat pemanasan. Sorry telat, agak macet tadi.”
Aku mengikuti langkah Bang Tino menuju meja kosong tak jauh dari sini. Ada Glen, pemain senior menunggu di sana. Boleh juga untuk lawan latihan, pikirku.
 “Bang, aku break ya..! “ seruku kepada Glen. Glen menangguk  dan menunggu di sudut meja. Bola putih aku arahkan ke tengah dengan cermat, dan mengambil kuda-kuda untuk satu  pukulan. Bola bertebaran, bola 3, 8, dan 6 masuk ke lubang ujung. Kemarin-kemarin, breakku seperti kurang oke, bola menumpuk di tengah, seakan pukulanku tidak bertenaga.