Tuesday 13 August 2013

Casual ?



Awal perkenalan itu sebulan yang lalu, secara tak sengaja dari satu situs social networking profesional. Usianya lebih muda, satu almamater di salah universitas yang aku ikuti, dengan berkembang dengan karier profesional yang cukup mapan. Berharap kami bisa silaturahmi dan saling berbagi  tentang peluang dan karir atau apapun. Perkenalan itu berlanjut setelah pesan yang aku kirimkan di kotak pesan dia. Seperti biasa, tak ada yang khusus, komunikasi itu berlanjut melalui telepon genggam yang kerap kali kami  gunakan menemani hari-hari kami. 

Kami mulai bercerita  tentang semua hal, kehidupan pribadi, karir, dan masa-masa kuliah dulu.  Aku senang. Dan aku merasa bahwa sebagai wanita dewasa  bisa diskusi tentang segala hal dengannya. Semuanya berlanjut, menjadi satu rutinitas kami setiap hari. 

Satu pertemuan --yang tak sengaja pula-- unik buatku.  Kita bertemu dan berbicara hanya dalam beberapa menit. Aneh yang aku rasa, bagaimana aku bisa merasakan sentuhan dia begitu halus dan menimbulkan kenyamanan. Bagaimana aku bisa merasakan ini pada laki-laki seusia dia yang mana  aku sedang menghindari untuk merasakan perasaan ini dari laki-laki yang lebih muda dariku.

Waktu berjalan cepat, bahkan lebih cepat rasanya. Akhir bulan  kita ketemu di salah satu Mall di daerah Selatan dengan masing-masing cerita. Entah yang memulai, kami saling menyentuh, mungkin karena suasana yang mendukung di sekitar kami. Jujur aku menikmati, aku menikmati apa yang aku rasakan. Rasanya indah, memberikan debaran yang tidak biasanya. Dan kami berhenti di satu titik.

Pertemuan itu meninggalkan kesan mendalam dalam diriku. Aku tak peduli apa yang dia rasa, aku benar-benar menikmatinya, memberi satu asa baru bahwa aku masih bisa memiliki perasaaan itu lagi terhadap yang lain. Ada satu yang berubah dalam diriku sejak itu, ada sedikit rasa sensitif yang muncul saja. Ada sedikit perubahan dari cara aku menghubunginya, sedikit canggung, tidak seperti biasanya, seolah-olah ada jarak. Rasa itu berkembang, dimana perasaan kehilangan yang muncul apabila aku tidak menghubunginya atau menerima kabar darinya. Dan memang ada juga yang berubah dari dia sejak kejadian itu, sama. Aku mengerti apa itu.

Waktu juga yang mencairkan suasana bagaimana aku harus bisa menghadapi dia. Kedewasaanku bisa lebih matang menghadapi perubahan ini. Sampai akhirnya aku bertemu dia kembali. Dan semua terjadi begitu saja. Meninggalkan berbagai kesan yang berkecamuk dalam diriku. Bagaimana aku harus mengutarakannya ketika dia menanyakan, "kenapa aku bisa sayang atau kangen padanya? Karena dia tidak berbiasa dengan itu." Aku hanya bisa bilang, itu yang aku rasakan. Banyak kalimat yang dia sampaikan padaku, semua aku dengar, aku terima dan aku cukup mengerti. 

Tak bisa  aku mengharapkan sesuatu yang lebih darinya dari sejak awal perkenalankau, meskipun tidak terucap, kami saling tahu bagaimana posisi masing-masing. Dan aku tahu bagaimana aku harus bersikap, meskipun semua diluar keinginanku. Dan  tak ada yang bisa kita jalani, kecuali seperti biasa, tidak ada komitmen -- dia bilang Casual -- Dari semua ceritamu, bisa mengerti, tak perlu aku banyak bicara, kecuali pada diriku sendiri, bahwa dia pernah hadir dalam pikiranku dan satu perasaanku, tak perlu dia tahu sejauh ini. 

Dan kini, aku  mengisi hari-hariku dengan keadaan seperti ini yang sebenarnya sudah aku prediksi. Ada kegundahan dalam diri, perlu waktu untuk membiasakan diri seperti semula. Dia tak pernah tahu, atau tak mau tahu, atau bahkan mungkin dia juga tahu, aku tak peduli. Namun suatu hari,  dia pasti menyadari, pada saat aku sudah pergi tanpa dia tahu aku dimana.

#Cerita seorang teman
@GI, Midnite