Saturday 26 March 2016

Bagian Kesepuluh : "Diantara Kalian"




Pintu kamar terbuka lebar didepanku, kaki melangkah gontai tanpa tenaga, seakan tak bertulang. Pikiran buntu. Kejadian di bawah tadi, benar-benar membuat kami tidak berkutik.  Masih terasa tangan Angga tersentak dari genggamanku. Dan ternyata, ada yang terasa sakit, bukan tanganku.
Ujung tempat tidur dingin,  sprei putih diatasnya masih tertata rapi.  Dadaku terasa sesak, saat aku mengakui, ternyata aku tidak sanggup menghadapi kondisi seperti ini.  Air mata mengalir perlahan, tetap kubiarkan. Ingin rasanya berteriak, marah pada diri sendiri. Kujatuhkan badan di atas tempat tidur, terpelungkup dengan dada terguncang. Tanganku meremas sprey dan membiarkan air mata terberai.  Aku tak ingin mengingatkan diri bahwa aku harus turun menghadiri rapat keluarga itu. Aku hanya ingin disini, melampiaskan semua perasaan.  Ya, aku putuskan untuk tidak menemui mereka. Aku tidak sanggup. Pengecut ? Apapun itu, aku tidak peduli.
Suara telepon menghentikan sesaat tangisku, dengan enggan aku menariknya.
“Tiara, pertemuanya ditunda, besok siang sesudah makan siang. Ibu ada acara mendadak.”  suara Mas Widi terdengar jelas.