Thursday, 29 June 2017

Best Friend Forever


Telling stories about the past makes us laugh and smile innocently. No much time to meet up, but we hope we will always hv quality time to share and meet up... time goes by, and different.. We'll be missing each other..❤️❤️

Many thanks for your time 😘

#bestfriend #forever #smile #laugh #happy #memories #fhunpad



Friday, 19 August 2016

Adi Sasono, In Memorial


Adi Sasono
16 Februari 1943 - 13 Agustus 2016


Dear Bapak, 

Baru sempat aku tulis catatan tentang hari-hari berlalu yang telah aku lalui bersama Bapak. Bukan satu hal yang sulit untuk mengingat semua yang telah terjadi, aku harus memulai dari waktu 19 tahun yang lalu. Bisa menjadi buku yang berjilid-jilid sepertinya. 

Kemarin-kemarin, seakan tidak ada ide untuk menulis (biarkan orang lain dulu yang bicara dan menulis tentang Bapak), tidak ada semangat untuk melangkah ataupun melakukan sesuatu. Aku terlalu sibuk menghapus air mata yang kadang menetes tanpa terasa, merasakan langkah kaki yang mengambang dan kaku. Aku tidak boleh begini kan Pak ?  

Dan Selasa kemarin, pikiranku mulai sedikit jernih, aku mulai menerima apa yang terjadi. Kepergian Bapak tidak seharusnya menjadikan aku rapuh karena kehilangan sosok seorang Bapak, Guru, Panutan, partner kerja, sahabat, dan sekaligus tempat aku bercerita. Tapi harus diyakini, bahwa bekal yang telah aku terima selama ini,  ilmu, pelajaran dan pengalaman, harus membuat aku lebih tegar, mandiri dan percaya diri. Dan Bapak begitu yakin, bahwa aku mampu menghadapi semua persoalan dan menyelesaikannya dengan baik. Itu suatu tantangan.

Masih teringat dengan jelas ketika aku memulai profesiku sebagai notaris, meninggalkan sejenak hari-hariku bersama Bapak,  dan sekali waktu Bapak bertanya :

"Ren, jadi notaris itu untuk apa ? Biar bisa pasang papan nama di jalan ya atau biar dapat Lambang Garuda ?"  Aku tertawa mendengar pertanyaannya. Dan aku jawab dengan polos, "Biar aku bisa buka warung, bisa mandiri, mengatur waktu sendiri ." 

"Kenapa tidak di Jakarta ?"
 "Di Jakarta sudah close Pak, dan Reina bisa pindah kalau sudah 3 tahun, itu pun kalau di Jakarta masih ada formasi."
"Ya sudah, kita lihat 3 tahun, dan pindah ke Jakarta lagi." 

Dan sekarang, 2 tahun 7 bulan, aku jalani Profesi Notaris, belum genap syaratku untuk pindah ke Jakarta, Bapak telah pergi.  

Satu hal yang tidak pernah luput dari ingatanku. Menjalani tahun-tahun di Jakarta, dan kembali ke Bandung, seolah-olah di Bandung networkku menjadi mati. Tidak ada yang dapat aku jajaki. Pada saat itulah aku minta tolong kepada Bapak, untuk menghubungi beberapa kolega di dunia lembaga keuangan untuk membantu memberikan kesempatan untuk kerjasama.

Apa yang Bapak sampaikan padaku waktu itu adalah :

"Saya yakin Rena bisa masuk ke link Saya, tanpa Saya memberikan surat atau wacana kepada Mereka. Pergunakan link Saya dengan baik dan amanah, sampaikan kepada Mereka, Salam dari Saya."

Rangkain kalimat itu  tegas, membuatku terpaku. Masa sih Bapak tega melakukan itu ? Sulit membayangkan, biasanya duduk manis pun mendapat gaji, sekarang duduk manis anak-anak ga bakalan sekolah, dan perjuangan baru pun dimulai..

Pantang bagiku untuk merengek kembali atas tolakan halusnya. Bapak yakin aku bisa, kenapa aku tidak ? Dan dalam perjalanan profesiku, client-clientku 70% berasal dari network yang telah  terbangun selama ini, notabene adalah link Bapak, dengan berbekal "Salam dari  Bapak"  Alhamdulillah... 

Ada prinsip yang Bapak ajarkan padaku. JADILAH WANITA MANDIRI,  jangan tergantung pada orang lain, tidak pada suami, dan tidak pada orang yang menggaji, berdoalah dan ikhtiar serta  berpikiran positif. Kalimat itu yang memicuku untuk lebih percaya diri.

#dari dulu Bapak memanggilku dengan "Ren", "Rena" padahal sudah berulang kali diingatkan, dan  Pak Misiran pun memanggilku "Mbak Ren".  

***

Bapak, seperti yang aku tulis di atas,  jika aku ceritakan semua, tulisan ini akan menjadi buku yang berjilid-jilid. Banyak yang ingin aku tulis, aku tidak ingin memulai dari satu hal yang besar, tapi dari hal kecil, kecil sekali, tapi begitu  dalam dan berarti. 

Ketika di Bulan Januari, 1997, aku mulai menjajaki Gedung BPPT LT 23,  sebagai hasil rekomendasi Moh Jumhur Hidayat, Priyo Budi Santoso, Ricky Rachmadi dan Tatat Rahmita Utami, untuk mendampingi Bapak (Many thanks for You All, gave me chance to be around You)Jujur, sedikit gentar  aku melangkah, mengingat sosok "Sang Ketua Dewan Direktur" yang terkenal tegas dengan ciri khas tersendiri di lingkungan kami. 

Ada seorang anak laki-laki di Lantai 23 itu, namanya Juli, seorang office boy yang bantu Bapak untuk menyiapkan keperluan di sana. Sebagai orang baru, aku harus belajar dan adaptasi dengan lingkungan baru. Di antara masa adaptasi itu, Bapak mengingatkan :


"Ren, Anda bisa belajar dari Juli, walaupun dia office boy, dia lebih dulu tahu dan mengerti tentang Saya dan lingkungan di sini." 


Itu adalah pelajaran pertama dari Bapak. Touch banget, memberi ilmu baru tentang hidup, bahwa kita dapat belajar dari siapapun.    


Aku selalu mengingat,  bagaimana cara Bapak memanggilku untuk ke ruangan Bapak  : "Ren, tolong ke kamar saya."  atau  "memerintah"ku untuk melakukan sesuatu, selalu dimulai dengan kata "tolong", itu memang perintah, tapi dengan kata itu aku merasa itu bukan perintah, bagiku itu adalah satu permintaan tolong untuk membantu Bapak.  Cara  yang membuat aku merasa dihargai. Dan jika semua sudah selesai, Bapak selalu mengucapkan : "Terima Kasih."   Kecil kan ? tapi memberikan arti, satu penghargaan. 


Di tahun pertama, aku belajar lebih banyak. Salah satu pelajaran penting adalah "menghargai orang lain". Pelajaran ini tentunya sudah aku dapat dari sejak aku masih kecil, dan aku sangat beruntung, bisa mendapatkan contoh nyata selain dari orang tuaku. 

Di sini ini, aku bisa melihat, bagaimana Bapak "memperlakukan" orang-orang di sekeliling. Tamu-tamu datang dari berbagai kalangan, semua diperlakukan dengan sama, sopan, santun, dan ramah. Menemui mereka dengan senyum dan  awal kata "Assalamu'alaikum"  atau "Apa kabar?" serta menjabat tangan dengan hangat. Atau menyapa orang-orang di lift, di tempat parkir, di rumah makan, di mesjid, atau ditempat-tempat lain dengan kata yang sama dan  jabatan tangan.  Itulah silaturahmi.

***

Waktu pun berjalan, 1,5 tahun berlalu sudah.  Di tahun 1998, satu kesempatan Bapak menduduki jabatan sebagai Menteri Koperasi  Usaha Kecil dan Menengah. Ada satu kalimat  diucapkan Bapak dalam pidato pertamanya di hadapan seluruh pejabat dan staf Departemen tersebut, "Apakah jabatan ini anugerah atau amanah?" Bagi Bapak, jabatan itu adalah Amanah, sebagai kewajiban yang harus dijalankan atas  kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.  Amanah, kata-kata itu yang  menjadi bekalku. 

Banyak yang aku pelajari disini, tentang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Petani, Nelayan, dan hal-hal lain yang lebih berorientasi ke rakyat. Bidang yang pas buat Bapak. Dan dalam masa ini, hingga kini, aku lebih bisa mengenal orang secara pribadi. Mana teman yang datang karena "kebutuhannya" saja, dan mana teman yang "benar-benar teman", lebih jelas terlihat, sempat terucap tentang hal ini kepada Bapak, dan Bapak mengingatkan : Kita lahir berbeda antara satu dengan yang lain, hargai perbedaan, namun jangan ikuti perbedaan yang bisa merusak ahlak dan martabat. 


***

Bapak, ketika Bapak menawarkan aku untuk tetap di Departemen Koperasi atau pindah ke  Bio Farma sebelum serah terima jabatan di Departemen Koperasi. Dengan tegas aku menjawab, "Tidak, Saya ikut Bapak."  Jawaban itu meluncur begitu saja, aku tidak mempersiapkan jawaban karena pertanyaan itu tidak terlintas dalam pikiranku. Spontanitas terjadi karena aku merasa nyaman. Nyaman untuk terus bersama dengan Bapak. (jujur, tidak terbayangkan bagaimana kalau saat itu justru Bapak tidak mau aku dampingi  ? )

Bapak bertanya : "Anda mau berkantor dimana ?"  Aku bingung dengan pertanyaan Bapak. "Saya tidak punya kantor. Minggu ini kita berkantor di mobil saja, sambil cari kantor baru", lanjut Bapak sambil tertawa.  

Dan sisa waktu seminggu sejak tanggal 26 Oktober itu, agenda Bapak adalah silaturahmi, ke Kantor ICMI, Habibie Center, Republika, PT Techno Graha, PPA, juga  kunjungan ke para sahabat. Kita sempat berkantor di BNI 46, waktu itu Kantor Habibie Center (awal THC terbentuk).  Kemudian ke Kantor Ibu Dewi Soeprapto, PT Techno Graha, di Permata Plaza, JL. MH Thamrin.  Dulu Bapak pernah menjabat di perusahaan ini, dan melepaskannya ketika menjadi Menteri Koperasi.

November pertengahan 1999,  Bapak mengajakku ke satu gedung di kawasan Menteng, tepatnya Jalan Agus Salim 117. Satu tempat yang sangat strategis, dengan cat kuning. "Gedung ini milik Pak Jo, Saya diberikan kesempatan untuk berkantor di sini." itu gambaran yang Bapak berikan tentang gedung ini.
"Kok bisa Pak Jo memberikan kesempatan seperti itu ?"  tanyaku.
"Saya bersilaturahmi dengan Pak Jo, beberapa waktu yang lalu." jawab Bapak sambil tersenyum.  Alhamdulillah ... Back to Silaturahmi, arti, makna, dan hikmahnya.

Sejak Bapak berkantor disana, dan sampai hari ini, Kantor itu disebut dengan GEDUNG KUNING. Di sana lahir Yayasan Indonesia Bangkit. Gerbang Tani Makmur, Jaring Global Nusantara, Jaring Kedai Nusantara, Jaring Telematika Nusantara, dan lain-lain. Dari sana pelajaran dan pengalaman baru lahir, menjadi bekal hingga hari ini. (Dear Pak Jo, Bu Lies, personally, I would like to thank you very much, I got valuable lesson, knowledge and experience)

Aku ingat, ketika Bapak memintaku untuk menjadi salah satu calon legislatif di Partai Merdeka. Padahal Bapak tahu,  aku tidak tertarik dengan bidang itu dan tidak berambisi. Bapak  memintaku untuk masuk dan berkata : "turunlah ke masyarakat, saya tidak meminta Rena untuk "jadi", tapi untuk mendapatkan pengalaman bagaimana caranya  menyentuh rakyat, ketahui apa yang mereka butuhkan, dan bantu apa yang mereka butuhkan. Satu kunci utamanya adalah Ikhlas dan Amanah"   


***

Bapak, setiap hari Jum'at jika sholat Jum'at di Kantor (Di Gedung BBD Plaza), sebelum berangkat Bapak meminta aku mengeluarkan sejumlah dana dengan jumlah yang tidak sama. Dan setiap Bapak pulang sholat, selalu ada  yang mendampingi Bapak, kadang dengan orang yang lama atau orang baru. Dan sesampainya di Kantor, Bapak akan bilang : "tolong siapkan ya Ren, terima kasih". Aku mengerti apa yang disampaikan Bapak, dan menyerahkan titipan Bapak kepada mereka. 

"itu adalah kendaraan kita ke akherat." Kata Bapak. 

Mereka selalu datang, datang, dan datang lagi. Dengan orang yang sama, berbeda, bahkan membawa orang lain. Mungkin orang yang melihatnya akan bosan. Jujur, ada pula yang suka menggerutu (kenapa mereka menggerutu ?). Tapi Bapak akan turun mendatangi mereka jika sempat, mengucap salam, berjabat tangan, dan memberikan apa yang mereka perlukan atau memintaku untuk turun dan menyampaikan amanatnya.  Dihitung dari nominal, tidak seberapa, tapi aku melihat sinar mata kebahagiaan dari mereka. 

Suatu saat, aku pernah mendengar gerutuan seseorang tentang itu di saat aku tidak mendampingi Bapak. Aku paham, Dia tidak cukup mengenal baik Bapak. Itu saja. 

***

Bapak, ingat ketika aku bilang bahwa ada orang yang tidak jujur kepada Bapak ? Bukan karena aku menerima pengaduan orang, tapi karena aku yang mengalaminya. Aku kesal, marah, merasa dipecundangi (kenapa jadi aku yang marah ?). 

Bapak mendengarkan semua pembicaraanku, menanyakan dan mengomentari beberapa point. Dan ketika aku tanyakan apa yang akan Bapak lakukan, Bapak tersenyum, dan berkata  : "Biarkan saja, waktu itu dia  tidak amanah, Allah tahu apa yang harus dilakukan atas perbuatannya." Aku tertegun, speechless. How's coming ??? 

Dan ketika orang itu datang lagi berkunjung ke kantor, Bapak bersikap hangat dan tenang seperti biasanya, seakan tidak pernah ada pembicaraanku tentangnya. Bapak memperhatikan sikapku yang kurang manis dan menghampiriku dan berbisik : "senyum Ren, senyum itu adalah ibadah"  Huhuhu Bapak .... !!

***

2010 lalu, aku belajar banyak bertani, dan sekaligus menjadi petani. Tadinya kupikir, aku akan duduk manis menandatangani setiap perjanjian antara perusahaan dengan kelompok tani, tapi ternyata Bapak menguasakan pengurusan sepenuhnya untuk turun dan bertani. Padahal Pak, waktu itu aku juga kontrak dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang  fashion dan entertine (maaf aku tidak pernah bilang tentang ini). Dua bidang yang bertolak belakang.

Terbayang ketika aku harus belajar tentang bibit jagung, padi, kedelai, gandum, dan sorgum, belajar tentang pupuk organik dan non organik, tentang pestisida, membuat budget per hektar setiap tanaman, membuat cashflow dengan ribuan hektar, menghadapi para petani,  juga aparat desa dan pejabat instansi setempat . It's so amazing.

Bapak senang dengan usahaku mempelajari bidang ini, membaca, berhitung dan  berkomunikasi. Bapak bilang : "tentang pertanian dan komunikasi, banyak literatur yang bisa dipelajari, tapi berhadapan dengan petani dan aparat di sana, tidak seperti itu caranya. Sumbernya di diri kita, di Rena, bagaimana caranya agar petani merasa nyaman menyambut dan menerima kedatangan kita dengan senyum, bukan dengan spanduk penolakan."

***


------------> Next

Thursday, 4 August 2016

Change My Pattern ?


Many friends and  sometimes some clients say hello what did I do in midnite or before dawn still  online in social networks. And they will be even more strange, when the emails was sent more often ahead early in the morning. And they ask what time I slept, and at what time I woke up.

I'm trying to better manage time more normal than usual. Indeed nothing has changed lately, probably about 4 months. Some problems come up and had me finish so as not to drag on. My time is wasted by thinking hard. Sometimes thinking about affairs office, work, personal, and even about the future. All like to be one.

And I lost time for myself.

I feel comfortable working at night. As if inspiration and creativity came in stronger compared to daytime. During the day if not friendly, but I don’t waste time with useless. When the idea came about during the day, and at night would be a friend to realize the idea.

But this situation has been the question remains which always should I answer properly. More regular life and changing lifestyles had become a particular concern. Think again and again, it seems like I should

I tried to look for patterns to suit my needs. There is a need me for here. Personal life, family, work, religious, and social relationships. All I have to order it well.

I believe there are things that should be prioritized. It is not hard to figure out what should be a priority and followed by a subsequent order. I tried to look around, ask myself, what is a priority.

I did't find the trouble to get it. I'm sure what the priorities were, the family. Back to myself, what am I doing so far is for the family. Sometimes I think, when I wake up I had in mind was working. And I focus on working and looking for markets to get clients. My time spent on thinking, and there is the loss of my time. The time I spend at work and earn income, and the income for the family, but if I had to let go of attention to them just because my time is more outside and my mind drifted everywhere. And even I lost time for myself. I was shackled with agendas that I made myself.

No more. Flashback is useful, see the points of weakness and strength make.

I argued that I would start in the morning, as a step to get started. I'd better spend some personal time for yourself before work, until I felt comfortable with the morning.

Do you know that I need time for myself ?

Thursday, 7 July 2016

Idul Fitri 1437, Between us, The Meaning of Family

When all should be back to and reality,  the family is so important that they would always be together. Today, would be show where we're going back, forgive each other. 
The beauty of togetherness.
Lovely Family
Happy Eid Mubarak 1437 H
6 of July 2016



Saturday, 28 May 2016

Temans, Ini Catatanku Akhir Minggu



Perubahan tanpa pembicaraan ini membuat aku tidak nyaman.
Aku tidak suka dibohongi walau sekecil apapun.
Jangan nodai hubungan kita dengan itu.
Karena bisa merubah seluruh pandanganku tentang dia.

Beberapa hari ini aku goyang, konsentrasiku buyar.
Hanya karena ini.
Menyebalkan !!

Mengapa dia menyembunyikan sesuatu ?
Apakah dia takut aku menjauh ?
Kenapa dia takut aku menjauh ?
Jujur memang kadang menyakitkan, tapi lebih baik.
Tidak akan kubiarkan dia merubah dan meninggalkanku tanpa kata, walaupun hanya karena komunikasi.
Bisa kau bayangkan ?

Jika dia meminta satu pertemuan, ada sebersit rasa bahagia yang aku rasa, karena aku mengharapkan itu.
Pembicaraan kami seolah tidak ada henti topik-topik berbeda.
Itu cukup bagiku.

Jika sesuatu  telah menunjukkan sesuatu yang janggal, seharusnya dia bisa bicara padaku.
Ketika ada pertanyaan tentang diriku, menurut dia biasa saja.
Tapi bagiku adalah hal yang luar biasa.
Mana ada yang mau membiarkan tatanan yang sudah terbina terusik begitu saja.
Apapun caranya, pasti akan menimbulkan pertanyaan.

Apakah kamu berpikir dia ada perasaan padaku ?
Apakah dia menyukaiku karena aku pintar, cerdas dan baik hati?
Aku wanita dewasa
Aku paham.
Dan aku telah mencuri waktu dia

Sepanjang aku bisa menjauh sebelum aku merasakan yang lebih dalam, ada baiknya aku menjauh pelan-pelan;
Menjauh  dari apa yang ada dalam pikiran dan perasaanku;
Dia tidak akan mengungkapkan semua tentang dirinya.

Dan ketika aku mulai menjauh aku akan mengetahui apakah dia merasa kehilangan atau tidak ?
Ketika dia tidak merasa kehilangan itu sudah cukup buatku.
Aku mengerti.
Tapi ketika dia merasa kehilangan, dia akan mencari, dia akan bicara padamu
Itu pun cukup bagiku.
Dengarkan dia, dan jawab karena kamu tahu jawabannya.

Kamu bertanya mengapa selalu terjadi seperti ini ?
Karena ini perjalanan hidupku, yang kita tidak tidak  tahu dan mengerti kemana akhirnya.
Tahukah bahwa ketidaknyamanan ini sering membuatku berpikir, mungki aku lebih baik sendiri ?
Bebas rasa, meskipun rasa tidak dapat diabaikan.
Itu manusiawi

Coba aku atasi untukku sendiri, mencoba untuk berpikir lebih jauh.
Bantu aku untuk bisa mengatasi hal ini.
Jika aku tidak ada, cari tahu bagaimana pikiran dan persaaannya
Itu cukup bagiku.
Apapun jawabannya.

Aku yakin dia bisa mengatakan dengan bijak, seperti bagaimana dia memperlakukanku selama ini dengan kelembutan dan kedewasaannya.
Aku menyukai bagaimana dia memperlakukanku.
Kami bisa ambil langkah

Itu Pesanku     

#Dariblogsebelah     

@earlymorning


Saat ini, aku bisa menyimpan suasana hati, artinya logika lebih berperan; Aku melihat kondisi, realita, apa yang dilihat, dirasa, dipikirkan, semua aku pertimbangkan.

Perasaan yg paling sulit wanita ungkapkan adalah cinta... 
Tapi, wanita akan lebih cepat mengungkapkan rasa sakit.

Semua kembali kepada kodrat.

Kadang aku berupaya untuk tidak memperdulikan apa yang aku rasa, cukup aku nikmati.
Ketika diri merasa tidak kuat, aku ungkapkan dengan tulisan;
Ketika tulisan tidak terurai, aku terdiam dan menitikkan air mata membayangkan sesuatu yang tak tergapai.

Pada titik ini aku lebih memainkan perasaan dan  memainkan dua peran, untuk diri sendiri, juga  sebagai orang lain;

Tetapi ada kalanya aku berani mengungkapkan perasaan tergantung, seberani apa aku menerima resiko;

Ketika kenyataan menjadi resiko yang tidak diharapkan,  maka menata hati dengan membohongi diri yang sebenarnya tidak diinginkan, yaitu menjauhi apa yang dirasakan atau menapaki jalan dengan bersandiwara pada diri sendiri, bahwa semua berjalan dengan baik.

Dan aku akan sampai pada satu titik, titik kelemahan.
Di satu masa bahwa aku harus cukup memahami dan menyimpan perasaan sendiri.

aku ada salah kata ?


#earlymorning

Friday, 27 May 2016

Uber Sie, Heute



Gott, 

Veranstaltungen wie diese passieren oft Angst, ich bin, wenn die Zeiten und einen Anflug von Schmerz in den Herzen wird verursachen, selbst wenn unbeabsichtigt verändern wird. Nicht seine Schuld, kann meine Schuld sein.

Oft frage ich, gibt es eine Chance, mit etwas zu beginnen zu können, die mehr sicher sein konnte, dass ich auch weiterhin der Lage wäre? Ausgehend von einem sehr gewöhnliche Sache, und ich habe nie passieren würde, dachte. Sehr gewöhnlich.

Vom Beginn der Sitzung, fand ich etwas ganz anderes, und die Tage vergingen, die alle unbeabsichtigt fortgesetzt und wurde schließlich etwas sehr empfindlich zu sein, in eine der Sehnsucht.

Ich musste feststellen, dass, was ich fühle es ein Trost sein. Im Gespräch mit ihm, an seiner Seite zu Fuß, und sie vermisste. Das Gefühl des Verlustes kommt plötzlich, mich allein leer fühlen. So packend, und ich hatte Angst davon.

Ist er wirklich so gut, wie dies für andere? Von seinem Verhalten so höflich war, zu pflegen und zu schätzen. Es gibt einige Zeit, die mir gegeben, die Ausgaben Zeit, die nicht für mich sein sollte. Also fragte ich, wie das sein könnte?

Und heute, Ich Sehnsuche ihn.

Wednesday, 25 May 2016

One Corner in One Day

Never planned before to come and see this place, but nothing is by chance. When I was mention what I wanted, and when  it happened, I knew what, who, and why the caused. It was my chance, should be not waste.


when cold started stabbing, and I was looking for warmth among the ice, 
And I found it, so close ..



Amazing Place, found the Great Day
Thank You for 2Day


How do you think about it ? Got from small thing and then bigger... Like this life 
Love it !!


More ... found one thing which the people can't reach it. 
Couldn't image when you have this idea ..
Let the people find !!


Saturday, 21 May 2016

One day, at Roemah Seni Sarasvati, Bandung

Sebenarnya ini satu kegiatan mengisi waktu disela-sela kegiatan lain. Ide yang bagus, sekalian untuk mengetahui Bandung dan sekitarnya, "mengenal Bandung lebih dekat." Berawal dari menjelajah ada apa di Bandung (seperti bukan orang Bandung) , apa yang membuat orang-orang begitu tertarik dan ke sana, dan membuat macet jalan di akhir pekan serta di masa liburan. Mengapa baru terpikir sekarang ?

Bandung terkenal dengan kuliner dan tempat-tempat wisata yang semakin hari bertambah. Masing-masing mempunyai keunikan antara satu dengan yang lain. Kreativitas tinggi yang dimiliki sebagian orang mampu memberikan hasil yang membanggakan.  


Salah satu tempat, dikenal dengan nama Roemah Seni Sarasvati (RSS). Jujur, nama ini baru aku dengar. Nama ini muncul dari Abelita, ketika ide untuk jalan-jalan disepakati untuk ditindaklanjuti. Dari namanya sudah pasti berbau seni, dan lebih menjurus ke galerry, lukisan. Berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No. 137, Bandung. Satu tempat yang bisa aku bayangkan dimana lokasi itu berada. Satu tempat yang cukup padat, diantara toko-toko disekelilingnya. Apa memang disana ? 


Hari Sabtu ini, banyak acara di gelar di sekitar Jalan Asia Afrika ketika kami menuju RSS. Padatnya jalanan dengan lalu lalang kendaraan di antara gerimis. Di kiri kanan jalan, semua pertokoan.  Aku masih memikirkan sebelah mana lokasi RSS itu. Sepanjang Jalan Jenderal Sudirman ini masih banyak toko dengan bangunan tua, yang masih berdiri dengan kokoh sebagai ciri khusus di daerah ini. 


Akhirnya kami tiba di lokasi. Tempatnya dari arah depan  kelihatan tidak terlalu besar, tempat parkir terbatas. Ruangan bersih, nyaman, dan sejuk. Disambut oleh 2 (dua) orang resepsionis dengan senyum ramah, dan dipersilahkan mengisi buku tamu.



Memasuki ruangan depan  terdapat lukisan-lukisan besar terpasang dengan megah dan anggun


Lukisan-lukisan disini tidak diberi nama khusus, menurut resepsionis di sana, lukisan-lukisan itu  disebut sesuai dengan gambarnya, seperti Kucing, Gajah, Barong, dan lain-lain. Di bagian atas lukisan ada kata tertulis "WESTON", kata tersebut merupakan nama toko (furniture shop) di masa lalu. Gedung ini milik Lin Che Wei, sejak tahun 1902, pemilik Roemah Seni Sarasvati. 

Memasuki ruangan selanjutnya, sebuah lorong pendek dengan gambar-gambar hitam putih bangunan bersejarah di Kota Bandung. 













 Di pojok kiri  ruangan

Kamera dan Brankas

Gedung ini terdiri dari dua lantai. Di ruang terdapat lukisan-lukisan berukuran besar
#Lukisan Burung


#Lukisan Gajah


Tidak banyak lukisan yang ditampilkan, tapi semua begitu mengagumkan, dan menurut informasi lukisan-lukisan tersebut tidak dijual, dan menjadi koleksi pribadi. Meskipun tidak begitu paham dengan aliran seni rupa (sebatas pada  aliran naturalisme, realisme , romantisme dan abstrak :-) jenis lukisan-lukisan ini unik, disatu sisi seperti abstrak, tapi di sisi lain menunjukan satu titik tentang apa tema lukisan tersebut. Keberanian pengambilan warna dan penarikan garis menampakkan adanya variasi dari beberapa aliran.








#Ruang Atas Bagian Luar




Lantai Bawah, Cafe Area


#Lukisan Jalan Braga

#Sudut Cafe

#Pintu Belakang, bernuansa Bali



#Lorong Cafe





#Koleksi Mesin Tik dan Mesin Hitung

Tidak hanya lukisan yang ditampilkan disini. Koleksi-koleksi barang antik seperti mesin tik, mesin hitung, kamera, brankas, menjadikan ciri khas. Dan nilai tambah dari RSS, terdapat satu cafe nyaman yang menyajikan makanan khas Indonesia. Sayang kemarin tidak sempat mencicipi masakanan para chef di sana...Next time yaaaa.

Will Be Back Soon !

Masih tentang Kota Bandung,, nantikan di Diary yang akan datang..!!

Foto by #AbangWisnu